KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan ke hadirat Alloh SWT. bahwa penulis telah menyelesaikan tugas
pembahasan Keruntuhan Umat Islam dan Usaha Kearah Perbaikan dalam bentuk
makalah.
Dalam penyusunan tugas
atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan dari Pengajar dan Teman-teman, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
Pembimbing (Pengajar)
yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga penulis
termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
Teman-teman yang telah
membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini
selesai.
Semoga materi ini dapat
bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
Bone-Bone, 10 Desember 2010
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar ……………………………………………………………. i
Daftar
Isi ………………………………………………………………… ii
Bab
I Pendahuluan ………………………………………………………… 1
A. Latar
Belakang ……………………………………………………. 1
Bab
II Pembahasan …………………………………………………….. 3
A. Sebab-sebab
Kelalaian Kita ……………………………………… 3
B. Sifat-sifat
yang seharusnya dimiliki oleh
Umta
Islam ………………………………………………………. 4
1.
Sifat-sifat orang yang beruntung ……………………………… 4
2.
Akhlak Mulia …………………………………………………. 5
3.
Ikhlas …………………………………………………………. 5
-
Keutamaan Ikhlas …………………………………………. 5
C. Bahaya
Riya dan Sum’ah …………………………………………. 5
D. Adab-adab
Islamiyah …………………………………………….. 7
E. Waspada
Terhadap Syirik dan Maksiat ……………………………. 7
F. Pembagian
Syirik ………………………………………………….. 8
1.
Syirik Akbar (Besar) ………………………………………….. 8
2.
Syirik Asghar (Kecil) …………………………………………. 8
3.
Syirik Khafi (Tersembunyi) …………………………………… 9
Bab
III Penutup …………………………………………………………… 10
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 10
B. Saran ……………………………………………………………… 10
Daftar
Pustaka ……………………………………………………………. 11
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Lebih
kurang 1350 tahun yang lalu, ketika dunia penuh dengan pegunun kekufuran,
kegelapan, kebodohan, dan kejahilan, dari balik pegunungan Makkah memancarkan
nur hidayah yang cahayanya menembus daerah Timur, Barat, Utara dan Selatan.
Seluruh penjuru dunia mendapat nur hidayah tersebut. Hanya dalam waktu singkat,
yaitu selama 23 tahun, Nabi Muhammad SAW. dapat membuat perubahan diseluruh
alam. Seluruh dunia takluk dengan cahaya hidayah yang membawa perubahan serta
kemenangan bagi kaum muslimin. Dengan cahaya hidayah tersebut, selama
berabad-abad, seluruh dunia berada dibawah pemerintahan dan kekuasaan
orang-orang Islam. Setiap bentuk penentangan dihancurkan sampai keakar-akarnya.
Peristiwa tersebut merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri
kebenarannya. Tetapi beberapa lama kemudian, keadaan tersebut berubah menjadi
sebaliknya. Walaupun kini diceritakan berkali-kali tentang kejayaan orang Islam
terdahulu, cerita tersebut tidak ada gunanya. Kenyataan pada saat ini kaum muslimin
telah jauh dari kehidupan yang Islami.
Dari
sejarah kehidupan kaum muslimin selama 13 abad yang silam dapat kita ketahui
bahwa umat Islam memiliki kemuliaan, keagungan, keberanian, kehebatan, dan
kekuatan. Akan tetapi, jika kita beralih dari kisah-kisah tersebut kemudian
melihat keadaan pada saat ini, kita berada dalam keadaan yang sangat rendah dan
hina, penuh kesengsaraan, tidak amanah, dan tidak mempunyai kekuasaan maupun
kekuatan. Pada saat ini, umat Islam telah kehilangan rasa kasih sayang, tidak
memiliki adab yang baik, apalagi berakhlak muliah. Ringkasnya, sulit untuk
menemukan sifat-sifat keshalehan pada diri umat Islam, bahkan kita telah
tenggelam dalam keburukan dan dosa. Anehnya, kita semua merasa tenang dalam
keadaan seperti ini dan tidak ada beban kerisauan melihat semua keadaan ini.
Tidak cukup sampai disitu, para pemuda
muslim telah mempermainkan agama dan menentang setiap nasehat dan anjuran yang
ditujukan kepada mereka, bahkan syariat yang suci ini tidak mampu diamalkannya.
Mereka bertindak gegabah dan berbuat sia-sia. Sehingga sungguh mengherankan,
bahwa orang-orang sudah kenyang dengan keduniaan, mengapa mereka masih haus?
Dan orang yang pernah diajarkan adab dan kebudayaan, justru sekarang mengapa
tidak beradab dan berbudaya? Para ulama dan da’i pun telah jauh dari memikirkan
hal ini, dan mencoba dengan berbagai cara untuk memperbaiki keadaan ini, akan
tetapi penyakitnya malah semakin parah jika diobati.
Sekarang, apabila keadaan sudah
semakin buruk, dan masa yang akan datang akan lebih buruk lagi, juga kegelapan
pun sudah mulai merajalela, tetapi kita hanya berdiam diri dan tidak berusaha
mencegahnya. Hal ini merupakan suatu kesalahan besar. Sangat penting bagi kita
untuk memulai melangkah dan memikirkan apa penyebab kehinaan dan keburukan yang
telah dewasa ini. Usaha untuk memperbaiki keruntuhan dan kegagalan kita telah
banyak diucapkan, dan untuk penyelesaiannya sudah banyak jalan yang ditempuh,
namun keadaan kita tetap seperti ini.
Sebenarnya, sampai sekarang pun belum
diketahui dengan pasti penyakit apa yang diderita umat ini. Apa yang
diperbincangkan atau yang terjadi selama ini bukanlah sembarangan penyakit,
bahkan penyakit yang sudah sangat berbahaya. Dikarenakan pengobatannya bukan
kepada penyakit yang pokok, maka penyakit tersebut sebenarnya belum diobati.
Penyakit yang sangat berbahaya ini tidak mungkin disembuhkan, sebelum diketahui
dengan benar sumber penyakit yang melanda umat ini, dan mesti diobati dengan
obat yang tepat pula. Cara penyembuhan yang asal-asalan adalah suatu kesalahan
yang sangat besar.
Kita semua mengetahui bahwa syariat
Islam adalah aturan yang sempurnah dari Allah SWT. yang menjadi sebab
kebahagiaan dunia dan akhirat, serta sebagai jaminan pada hari kiamat nanti.
Maka tidak ada alasan bagi kita untuk mencari-cari gejala penyakit ini lalu
mulai mengobati penyakit tersbut dengan cara kita sendiri. Bahkan sangat
penting bagi kita untuk mengetahui penyebab penyakit ini di dalam Al Qur’an,
karena dengan mengetahui cara pengobatannya berdasarkan nur hidayah, tentunya
penyakit ini akan sembuh.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sebab-sebab
Kelalaian Kita
Kelalaian
kita dari kewajiban yang sangat penting ini, dapat diketahui dari berbagai
alasan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Alasan
Pertama : Kedua: Kadangkala kita berpendapat bahwa jika
kita memiliki iman yang kuat, maka kesesatan orang-orang lain tidak akan
menyesatkan kita, sebagaimana dinyatakan dalam ayat yang artinya :
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah
orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu Telah mendapat
petunjuk. (Al-Maidah: 105).
Maksud
yang sebenarnya adalah, meskipun Nabi saw. seorang manusia yang telah mencapai
kemajuan dan kesempurnaan, tetaplah penting adanya orang-orang yang
mengingatkan orang-orang yang telah meninggalkan jalan yang lurus . ayat ini
sebagai penghibur kaum mukminin yang berada diatas jalan yang lurus.
Para ulama muhaqqiqin juga menyetujui
makna seperti itu. Imam Nawawi ra. menuliskan dalam syarah Muslim mengenai
pendapat para ulama muhaqqiqin yang menyatakan bahwa makna ayat diatas adalah,
jika adalah, jika kalian telah menunaikan apa yang diperintahkan kepadamu, maka
kejahatan orang-orang yang menolak kalian tidak akan mempengaruhi kalian.
Diantara seluruh perintah tersebut ,
salah satu diantaranya adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Apabila sesorang telah
melaksanakan tugas ini, maka ia telah menunaikan kewajibannya, dan tidak
menjadi tanggungjawabnya jika orang lain tidak mau menerimanya. Wallahu a’lam.
Alasan
Kedua : Masyarakat awam, cendikiawan, alim ulama, dan
orang-orang jahil, semuanya telah berputus asa dalam melaksanakan usaha ishlah
(memperbaiki) diri. Mereka meyakini bahwa pada zaman seperti ini sangat sulit
untuk mencapai kejayaan Islam dan menemukan jalan keluar dari keruntuhannya.
Jika ada seseorang yang menunjukkan cara melakukan perbaikan, mereka akan
menjawab, “Bagaimana mungkin Islam akan maju jika tidak memiliki kekuasaan,
kekuatan politik, pemerintahan, ekonomi, senjata, organisasi, kekuatan tangan,
dan kesatuan?"
Terutama ahli-ahli agama, mereka
berpendapat bahwa 14 abad telah berlalu dari masa kenabian, masa yang sangat
lamah, sehingga Islam dan keadaan kaum muslimin sudah mengalami keruntuhan.
Berusaha keras untuk memperbaikinya merupakan perbuatan yang sia-sia. Memang
benar bahwa kita telah jauh dari cahaya nubuwah. Akan tetapi, bukan berarti
bahwa kita tidak perlu berusaha dan bersungguh-sungguh untuk menjaga agama yang
dibawah oleh nabi Muhammad saw. ini. Seandainya orang-orang terdahulu juga
berpikiran seperti itu dan tidah berusaha dan bersusah payah untuk menghidupkan
agama, maka Islam tidak akan sampai kepada kita. Banyak yang beranggapan bahwa
usaha menghidupkan agama sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan zaman. Justru
sebaliknya, kita hendaknya berusaha dengan sungguh-sungguh agar usaha agama
dapat dihidupkan kembali, yaitu dengan menjalankan kerja dakwa ini.
Suatu hal yang sangat mengherangkan
ialah agama yang seharusnya diamalkan dan diusahakan, sekarang sudah
ditinggalkan sama sekali. Padahal hampir seluruh ayat Al Qur’an dan hadits
telah memberi pelajaran agar kaum muslimin bersungguh-sungguh berusaha
menegakkan agama ini.
Alasan
Ketiga : Seringkali kita berpendapat bahwa karena kita
belum memiliki sifat-sifat yang baik dan kita merasa bukan ahlinya, maka tidak
selayaknya kita menasehati orang lain. Ini merupakan pendapat yang salah.
Alasan
Keempat : Jika kita memperkenalkan usaha dakwah ini kepada
orang-orang, mereka akan memandang buruk, menggertak, bahkan menghina dan
merendahkan kita. Kita hendaknya mengetahui bahwa ini adalah kerja para Nabi.
Mereka mengalami penderitaan ketika mengajarkannya, dan itulah keistimewaan
kerja Nabi. Para Nabi justru mengalami penderitaan yang sangat berat, tetapi
mereka menghadapi dengan sabar.
B.
Sifat-sifat
yang Seharusnya di Miliki Oleh Umat Islam
1.
Sifat-sifat orang yang beruntung
Manusia
akan berada dalam kerugian dan kebinasaan kecuali, mereka yang menunjukkan
empat sifat :
a. Beriman,
Yaitu mengenal Allah, Mengenal Nabi-nabi dan mengenal agama Islam.
b. Amal
shalih, Seperti Shalat, zakat, puasa, jujur, dan berbakti kepada ibu bapak.
c. Saling
menasehati untuk menepati kebenaran, yaitu mengajak beriman, beramal saleh, dan
memberikan dorongan kepada hal tersebut.
d. Saling
menasehati dalam kesabaran, yaitu sabar dalam melakukan ketaatan dan sabar
ketika ditimpa berbagai musibah
2.
Akhlak Mulia
Berakhlak
dengan akhlak yang disyariatkan bagi setiap muslim, seperti :
a. Jujur
b. Bertanggung
jawab
c. Menjaga
kesucian
d. Malu
e. Berani
f. Dermawan
g. Menepati
janji
h. Menjauhi
seluruh yang diharamkan Allah
i.
Berlaku baik dengan para tetangga
j.
Membantu orang-orang yang memerlukan
bantuan.
Dan akhlak-akhlak lainyya yang
dijelaskan dalam Alqur’an dan As-sunnah sebagai akhlak yang disyariatkan.
3.
Ikhlas
Ikhlas
adalah semata karena ALLAH. [Abu Nashr Samarqandi]. Dimisalkan sperti seorang
yng berniat lari dari serangan binatang buas dan tiada yang menakutkannya
selain binatang buas tersebut. Niatnya murni tanpa campuran lainnya.
[Al-Ghazali]. Orang ihklas itu menyembunyikan kebaikannya, sebagaimana ia
menyembunyikan kejelekannya. Dan salah satu tanda ikhlas ialah, beramal tidak
ingin dipuji oleh oran lain. [Abu Laits Samarqandi].
1) Keutamaan
Ikhlas
a) Pahala
dilipatgandakan, walaupun sedikit. [An-Nisa’:40].
b) Allah
hanya menerima amalan yng ikhlas. [Abu Laits Samarqandi].
c) Dapat
berjumpa dengan Allah. [Al-Kahfi:10].
d) Ikhlas
adalah zuhud di dunia. [Abu Laits Samarqandi].
e) Allah
akan menjadikan diamnya sebagai tafakur dan bicaranya sebagai dzikir. [Abu
Laits Samarqandi].
f) Amalan
yang ikhlas, dapat menjadikan tawasul doa. [Bukhari, Muslim].
C.
Bahaya
Riya dan Sum’ah
Riya
adalah berbuat ingin dilihat orang lain, Sum’ah adalah berbuat ingin
kemasyhuran. [Abu Laits Samarqandi].
- Riya adalah syirik.
[Al-Mukmin:65].
- Allah akan berlepas diri dari
perbuatan yang tidak ikhlas. [Al-An’am:78].
- Orang riya beribadah dijanjikan
neraka Wail oleh Allah [Al-Ma’uun:4].
“Akan dituntut kepada orang yang
riya; ”Pergilah kepada orang yang kamu beramal karenanya ketika di dunia.
Lohatlah apakah kamu mendapatkan ganjaran dari mereka?” [Abu Nashr Samarqandi].
- Amalan orang ikhlas akan ditulis
dalam ‘illiyyin’. Dan amalan orang yang tidak ikhlas ditulis dalam ‘Sijjin’.
[Abu Nashr Samarqandi].
- Ada sebagian amalan yang lebiih
baik dilakukan sembunyi-sembunyi, sehingga selamat dari riya. [Ali Imran:29].
- Orang riya memiliki empat tanda :
1)
Malas jika sendirian
2)
Rajin jika dengan orang lain
3)
Meningkatkan amalan jika dipuji
4)
Mengurangi amalan jika dicela
[Ali bin Abi Thalib ra.].
- Jika Allah menghendaki kehancuran
seseorang, Allah akan menyiksanya dengan tiga hal :
1)
Allah memberinya ilmu, tetapi tidak
diamalkan.
2)
Memberinya kesempatan bergaul dengan
orang-orang shaleh, tetapi ia tidak
memahami hak-hak mereka.
3)
Memberinya kesempatan beramal shaleh,
tetapi tidak ikhlas mengamalkannya. [Hamid Al-lafaf].
- Orang riya akan dipanggil pada
hari kiamat dengan empat panggilan :
1) Hai
orang kafir!
2) Hai
orang jahat!
3) Hai
penipu!
4) Hai
orang yang rugi
[Abu Nashr Samarqandi].
a. Jangan
riya sebelum dan ketika beramal. Setelah beramal, perbanyaklah istighfar,
khawatir masih ada riya. [Abu Bakar Al-Washiti].
b. Perkataan
yang baik dan memberi maaf itu lebih baik daripada sedekah yang diiringi
menyakiti perasaan penerimanya. [Al-Baqoroh:263]
D.
Adab-adab
Islamiyah
Beradab dengan adab-adab Islamiyah antara
lain :
a. Mengucapkan
salam.
b. Berseri-seri.
c. Makan
dan minum dengan tangan kanan.
d. Membaca
basmalah (Bismillah) disaat mulai (makan/minum).
e. Membaca
Hamdalah (al Hamdulillah) disaat selesai (makan/minum).
f. Mengucapkan
"al Hamdulillah" setelah bersin.
g. Menjawab
orang yang bersin, jika ia mengucapkan al Hamdulillah, dengan mengucapkan
padanya "Yarhamukallah", 'Semoga Allah merahmati anda'.
h. Memperhatikan
adab-adab yang disyaratkan pada saat:
1) Masuk
dan keluar masjid.
2) Masuk
dan keluar rumah.
3) Bepergian/dalam
perjalanan.
4) Dengan
kedua orang tua.
5) Dengan
para kerabat dan para tetangga.
6) Dengan
orang-orang yang lebih tua.
7) Dengan
para kerabat dan para tetangga.
8) Dengan
orang yang lebih tua.
9) Dengan
orang yang lebih muda.
10) Mengucapkan
selamat kepada orang yang mendapat kelahiran anak.
11) Mengucapkan
selamat, mendoakan keberkahan kepada orang yang menikah.
12) Mengucapkan
Ta'ziyah (hiburan, berbelasungkawa) terhadap orang yang mendapat musibah.
13) Disaat
berpakaian, membuka pakaian dan dalam beralas kaki.
E.
Waspada
Terhadap syirik dan Maksiat
Diantara bentuk-bentuk maksiat yang
harus diwaspadai ialah:
a. Tujuh
perbuatan dosa yang membinasakan, yaitu:
1) Berbuat
syirik.
2) Melakukan
sihir.
3) Membunuh
jiwa yang diharamkan Allah, kecuali dengan kebenaran.
4) Memakan
riba'.
5) Memakan
harta anak yatim.
6) Lari
dari medan perang.
7) Menuduh
wanita mu'minah yang suci, berbuat zina.
b. Durhaka
terhadap kedua orang tua.
c. Memutuskan
hubungan silaturrahmi dengan para kerabat.
d. Menjadi
saksi palsu.
e. Mengucapkan
sumpah dusta.
f. Mengganggu/menyakiti
tetangga.
g. Berbuat
zhalim terhadap sesame manusia, dalam hal darah, harta dan kehormatan/nama baik
mereka.
h. Minum-minuman
yang memabukkan.
i.
Berjudi.
j.
Berghibah/mengunjing (menyebut aib orang
lain, sedang ia tidak hadir).
k. Mengadu
domba (menyebarkan permusuhan).
F.
Pembagian
Syirik
Syirik terbagi tiga, yatiu:
1) Syirik
Akbar (besar).
2) Syirik
Ashghar (kecil).
3) Syirik
Khafi (tersembunyi)
1. Syirik
Akbar (besar).
Syirik Akbar,
berakibat runtuhnya seluruh amal dan kekal di neraka (bagi orang yang mati
padanya). Qs. Al anam: 88. at Taubah: 17.
Orang yang mati
sedang ia masih melakukan Syirik Akbar ini, ia tidak akan diampuni, haram
baginya syurga. Qs. An Nisa:48, al Maidah:72.
Diantara
bentuk-bentuk Syirik Akbar ini ialah: berdoa kepada orang-orang mati, kepada
berhala-berhala, memohon pertolongan dari mereka, bernadzar untuk mereka,
menyembelih untuk mereka dan sebagainya.
2. Syirik
Ashghar (kecil).
Syirik Ashghar,
ialah perbuatan yang ditetapkan oleh nash-nash al quran dan as Sunnah, dengan
menyebutnya sebagai Syirik, akan tetapi tidak termasuk Syirik Akbar. Seperti:
Riya' dalam beramal, bersumpah dengan selain Allah, ucapan: "Masya Allah
wa sya-a Fulan" (apa yang dikehendaki oleh Allah dan dikehendaki oleh si
Fulan) dan sebagainya.
3. Syirik
Khafi (tersembunyi)
Syirik Khafiy,
Dalilnya adalah sabda Nabi :
"Maukah
kamu aku beritahukan apa yang paling aku takutkan (menimpa) kamu, lebih dari
(takutku atasmu) terhadap al Masih Addajjal?". Mereka (para shahabat)
menjawab: "Iya, wahai Rasulallah". Beliau bersabda: "Yaitu
syirik Khafiy (syirik yang tersembunyi), bahwa seseorang berdiri, lalu shalat,
kemudian ia membaguskan shalatnya, karena ia melihat ada orang yang sedang
memperhatikannya". (HR. Ahmad)
Syirik dapat
juga dibagi dua saja, Syirik Akbar dan Syirik Ashghar. Sedang Syirik Khafiy,
dapat masuk pada kedua Syirik tersebut.
Syirik Khafiy
dapat masuk pada syirik akbar, seperti: syirik orang-orang munafik, karena
mereka menyembunyikan akidah-akidah mereka yang bathil, dan menampakkan
keIslaman mereka atas dasar Riya' dan takut akan (kemaslahatan) diri mereka.
Dan syirik
Khafiy masuk pada syirik Ashghar, seperti: Riya', sebagaimana (yang telah
dijelaskan) dalam hadits diatas.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1) Tujuan
diciptakan dunia adalah untuk mentahuidkan Allah swt. dan mewujudkannya
diseluruh alam.
2) Syariat
Islam adalah aturan yang sempurnah dari Allah SWT. yang menjadi sebab
kebahagiaan dunia dan akhirat, serta sebagai jaminan pada hari kiamat nanti.
3) Imam
Ghazali ra., beliau berkata, “tidak diragukan lagi bahwa amar ma’ruf nahi
mungkar adalah sebuah sendi agama yang sangat penting sari kesempurnaan agama.
4) Menurut
makna asalnya, jihad adalah perjuangan dan berperang melawan orang-orang kafir,
tetapi maksud jihad yang sebenarnya adalah untuk meninggikan kalimat Allah swt.
demi tegaknya hukum-hukum Allah.
5) Orang
Islam pada masa lalu memahami bahwa
kehormatan mereka terletak dalam pengorbanan harta dan jiwa demi menyebarkan
agama Islam dan Li i’lai kalimatullah (untuk meninggikan Kalimah Allah).
B.
Saran
1) Sebagai
generasi muda muslim, janganlah kita mempermainkan agama dan menentang setiap
nasehat dan anjuran yang ditujukan
kepada kita.
2) Sebagai
seama muslim, untuk tegaknya agama marilah kita mengamalkan amar ma’ruf nahi
mungkar.
3) Gunakanlah
waktu luang dengan mengingat Allah atau berdzikir, janganlah kita menggunakan
waktu luang terebut berbat yang sia-sia yang tidak diridhohi oleh Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA
Zakariyah,
Maulana Muhammad dan Alkandahlawi, 2003. Himpunan
Fadhilah Amal, Yogyakarta: Ash-Shaff
Aziz, Abdul,
1424H.
Tauhid Direktorat Percetakan dan
Penerbitan, Departemen Agama Studi Arabiyah
Abdurrahman, Ahmad, Petunjuk Sunnah dan Adab Sehari-hari, Cirebon:Pustaka Nabani
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar yea :