BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Komunikasi
dapat dilakukan tanpa penggunaan kata-kata. Komunikasi yang dilakukan tanpa
penggunaan kata-kata disebut komunikasi non verbal, yaitu dengan menggunakan
bahasa isyarat atau gerak tubuh. Oleh karena isyarat gerak tubuh itu digunakan
untuk menyampaikan pesan dalam komunikasi, maka komunikasi itu disebut sebagai
bahasa isyarat.
Isyarat-isyarat
yang dapat dipahami dalam komunikasi itu berupa penggunaan kata-kata maupun
bukan kata-kata. Komunikasi yang menggunakan kata-kata disebut dengan
komunikasi verbal, sedangkan komunikasi yang dilakukan tanpa penggunaan
kata-kata disebut komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal dapat dilakukan
antara lain dengan gerak tubuh, penampilan fisik, bunyi-bunyian dan sentuhan.
Gerak bagian tubuh itu berfungsi sebagai isyarat dalam komunikasi.
Bertentangan
dengan pendapat banyak orang, pada kenyataannya belum ada bahasa isyarat
internasional yang sukses diterapkan. Bahasa isyarat unik dalam jenisnya di
setiap negara. Bahasa isyarat bisa saja berbeda di negara-negara yang berbahasa
sama. Contohnya, Amerika Serikat dan Inggris meskipun memiliki bahasa tertulis
yang sama, memiliki bahasa isyarat yang sama sekali berbeda (American Sign
Language dan British Sign Language). Hal yang sebaliknya juga berlaku. Ada
negara-negara yang memiliki bahasa tertulis yang berbeda (contoh: Inggris
dengan Spanyol), namun menggunakan bahasa isyarat yang sama.
Untuk
Indonesia, sistem yang sekarang umum digunakan adalah Sistem Isyarat Bahasa
Indonesia (SIBI) yang sama dengan bahasa isyarat America (ASL - American Sign
Language).
B. Rumusan
Masalah
Dari
uraian latar belakang di atas, maka dapat kami rumuskan tentang masalah yang
akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Pengertian
Bahasa Isyarat.
2.
Hubungan
Antara Bahasa Isyarat dan Bahasa Verbal.
3.
Perbedaan
Bahasa Isyarat dan Bahasa Verbal.
4.
Bahasa
Isyarat Sebagai Bahasa Perantara.
5.
Bahasa
Isyarat Indian Plains.
6.
Bahasa
Isyarat Amerika.
7.
Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bahasa Isyarat.
Bahasa
isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan
gerak bibir, bukannya suara, untuk berkomunikasi. Kaum tunarungu adalah
kelompok utama yang menggunakan bahasa ini, biasanya dengan mengkombinasikan
bentuk tangan, orientasi dan gerak tangan, lengan, dan tubuh, serta ekspresi
wajah untuk mengungkapkan pikiran mereka. Pengertian lain mengatakan bahasa
isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi
melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen
oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri.
Berikut
adalah salah satu gambar abjad isyarat dari Amerika Serikat yang digunakan di
Indonesia juga.
Bentuk-bentuk
gerak tubuh yang dapat berperan dalam komunikasi dengan menggunakan bahasa
isyarat disebut kinesika (kinesics). Birdwhistell (Burgoon dan
Seine, 1978 : 54) menyebutkan bahwa terdapat delapan wilayah tubuh yang
dapat melakukan kegiatan bermakna. Kedelapan wilayah tubuh tersebut ialah :
1.
Kepala.
2.
Muka.
3.
Leher.
4.
Bahu.
5.
Lengan
tangan dan pergelangan.
6.
Telapak
tangan dan jari.
7.
Pinggang,
pinggul dan bagian kaki sampai mata kaki.
8.
Bagian
kaki di bawah mata kaki.
Apabila
dipadukan kedelapan wilayah tubuh itu, dapat membentuk ratusan ribu variasi
gerak. Bagian muka saja dapat digunakan unutk membuat 250.000 macam ekspresi.
Bahasa isyarat dibuat berdasarkan varias-variasi wilayah tubuh itu.
Salah satu
variasi bahasa isyarat adalah emblem. Emblem merupakan tindakan sengaja untuk
membuat bahasa isyarat yang memiliki padanan pesan dalam bahasa verbal. Makna
emblem biasanya sudah diketahui secara konvensional dalam budaya tertentu. Emblem
sering digunakan untuk menggantikan bahasa verbal apabila bahasa verbal tidak
dapat disampaikan karena faktor-faktor tertentu. Misalnya di ruangan yang gaduh
dan ramai, penggunaan bahasa verbal tidak efektif.
B. Hubungan Bahasa
Isyarat dan Bahasa Verbal.
Dalam
penerapannya, bahasa isyarat berhubungan erat dengan bahasa verbal. Hubungan
tersebut dapat dikemukakan dalam enam fungsi (Burgoon dan Seine, 1978
: 10) diantaranya sebagai berikut :
1. Fungsi
Perangkapan (redundancy).
Bahasa
isyarat dapat digunakan untuk menyampaikan pesan bersamaan dengan penyampaian
pesan itu secara verbal.
2. Fungsi
Pengganti (substitution).
Penyampaian
pesan kadang-kadang tidak perlu dikatakan dengan keras, tetapi cukup dilakukan
dengan bahasa isyarat.
3. Fungsi
Pelengkap (complementation).
Fungsi
pelengkap itu berkaitan dengan fungsi pengganti. Bahasa isyarat dapat digunakan
untuk melengkapi apa yang disampaikan secara verbal.
4. Fungsi
Penekanan (emphasis).
Bahasa
isyarat sering digunakan untuk memberikan penekanan pada apa yang dibicarakan
secara verbal. Seseorang dapat menegaskan penolakannya terhadap tawaran orang
lain dengan menggerakkan tangan.
5. Fungsi
Pertentangan (contradiction).
Fungsi
kontradiksi bahasa isyarat sering dapat diamati dalam lelucon atau dalam
percakapan yang lebih serius. Penyampaian pesan yang bermakna ya diiringi
dengan gerak tangan yang mengisyaratkan pesan tidak menimbulkan kesan
lucu.
6. Fungsi
Pengaturan (regulation).
Bahasa isyarat dapat digunakan untuk
mengatur bila seseorang harus berbicara, berapa lama dapat menyampaikan pesan
kepada peserta percakapan, dan untuk menentukan topik yang akan dibahas.
Seorang peserta percakapan dapat pula mencegah orang lain yang ingin menyela percakapannya
dan mengarahkan perhatian mereka dengan memakai bahasa isyarat.
Meskipun keenam fungsi tersebut
menunjukkan pentingnya komunikasi dengan bahasa isyarat dalam hubungannya
dengan bahasa yang disampaikan secara verbal, bahasa isyarat tidak harus
dipandang lebih rendah daripada bahasa yang disampaikan secara verbal. Pada
kenyataannya, sebagian orang menganggap bahasa isyarat sebagai bahasa
alternatif yang dapat digunakan seperti halnya bahasa yang disampaikan secara
verbal.
C. Perbedaan
Bahasa Isyarat dan Bahasa Verbal.
Pemakaian
bahasa isyarat tidak dapat disamakan dengan pemakaian bahasa verbal. Namun,
pada situasi lain bahasa isyarat lebih cocok dipakai daripada bahasa verbal.
Kedua jenis bahasa itu memiliki perbedaan. Berdasarkan pemakaiannya, keduanya
dapat dibedakan menurut cirri-ciri bahasa (language characteristics) dan
cirri-ciri pesan (message characteristics). Berdasarkan ciri
bahasa, bahasa verbal dan bahasa isyarat berbeda dalam empat hal, yaitu :
1.
Kaidah
Gramatika.
2.
Meta
bahasa.
3.
Acuan
waktu.
4.
Penyebutan
sesuatu yang tidak ada.
Salah
satu ciri penting bahasa adalah bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
mengenai bahasa itu sendiri. Kemampuan bahasa untuk menjelaskan dan menunjukkan
bahasa itu sendiri disebut metabahasa. Dari kalimat pernyataan ini salah dapat
ditangkap pesan bahwa pernyataan dibuat untuk pernyataan.
System
bahasa verbal dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang mengacu ke masa
lalu, masa kini dan masa datang. Dalam bahasa Inggris, pesan itu dapat
dilakukan dengan memakai verba dalam kala lampau (past tense). Berbeda
dengan bahasa verbal, bahasa isyarat terbatas untuk menyampaikan pesan yang
mengacu ke masa kini. Dari segi keleleuasaan untuk menunjukkan waktu, bahasa
isyarat lebih terbatas daripada bahasa verbal.
Berdasarkan
ciri isi, bahasa verbal dan bahasa isyarat dapat dibedakan dalam empat hal,
yaitu :
1.
Jenis
isi.
2.
Keragaman
pesan.
3.
Keterlibatan
indera secara langsung.
4.
Spontanitas.
Isi
bahasa isyarat biasanya dikaitkan dengan perasaan. Yaitu perasaan pada diri
sendiri dan pada orang lain. Berbeda dengan unsur bahasa isyarat, yang unsurnya
verbal dan dapat dipisahkan. Selain itu bahasa isyarat dapat mengandung pesan
yang beragam. Berbeda dengan bahasa isyarat, bahasa verbal dapat digunakan
untuk menyampaikan pesan bermakna tunggal.
Bahasa
verbal juga dapat merangsang indera secara langsung. Isyarat yang dilakukan
dengan gerak tangan dan bagian tubuh yang lain dapat melibatkan berbagai syaraf
penginderaan penerima pesan. Juga dapat dilakukan secara spontan.
D. Bahasa
Isyarat Sebagai Bahan Perantara.
Bahasa
isyarat mulai mendapat perhatian yang cukup serius sebagai bahasa alamiah yaitu
pada dasawarsa 1960-an. Itupun terjadi di Amerika Serikat. Di Amerika,
perubahan penting dalam pendidikan anak-anak tunarungu telah terjadi. Penekanan
tetap diberikan pada pemerolehan bahasa Inggris tulis dan sebagai akibatnya
banyak lembaga mengembangkan program bahasa Inggris isyarat (Signed English).
Bahasa itu merupakan suatu cara untuk menghasilkan tanda-tanda yang sesuai dengan kata-kata dalam kalimat bahasa Inggris,
dalam urutan kata bahasa Inggris. Bahasa Inggris isyarat dirancang untuk
membantu keberhasilan interaksi antara penderita tunarungu dan masyarakat yang
dapat mendengar.
Walaupun
demikian, bahasa Inggris isyarat bukanlah bahasa Inggris dan bahasa isyarat di
Amerika. Ketika digunakan untuk menghasilkan versi nyata kalimat bahasa Inggris
lisan, bahasa Inggris Isyarat memerlukan dua kali cara penghasilan kalimat itu
dalam bahasa inggris atau bahasa isyarat Amerika. Oleh karena itu, dalam
prakteknya, versi ujaran nyata jarang dapat dihasilkan dan sering muncul bentuk
baru, yang menggunakan isyarat-isyarat kata dan urutan kata bahasa inggris yang
tidak lengkap.
Komunikasi
total ialah konsep pendidikan bagi kaum tunarungu yang menganjurkan
digunakannya semua bentuk media komunikasi untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa. Penerapan komunikasi total itu bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa dalam segala aspek. Oleh karena itu, komponen komunikasi
total terdiri atas berbicara, membaca, membaca ujaran, menulis, menyimak,
berisyarat, dan berabjad jari.
Selain
itu komunikasi total mengandung dua macam isyarat, yaitu isyarat konseptual dan
isyarat struktural. Isyarat konseptual memiliki ciri yaitu sebagai berikut :
satu isyarat melambangkan sebuah konsep, dalam isyarat tidak dapat isyarat
imbuhan dan isyarat bentukan, urutan kata tidak menentukan makna kalimat, dan
system isyarat tidak harus tepat sama dengan bahasa verbal. Isyarat struktural terdapat
isyarat imbuhan dan isyarat bentukan, urutan kata menentukan makna kalimat dan
system isyarat harus tepat sama dengan system bahasa verbal.
E. Bahasa
Isyarat Indian Plains
Sejauh
ini belum diketahui di mana dan bilamana Bahasa Isyarat Indian Plains itu
bermula. Ada dugaan bahasa Isyarat Indian Plains berasal dari daerah padang
terbuka Plains, yang membentang dari daerah Texas sampai Sungai Missouri dan
kawasan Dakota Utara, Wyoming, dan Montana sampai ke Pegunungan Rocky. Dugaan
itu didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa isyarat itu tersebar kea rah utara
dan barat daerah itu pada abad ke-19 abad ke-20. Oleh karena itu, kerumitan dan
penggunaannya secara meluas oleh suku-suku Indian. Bahasa Isyarat Indian Plains
diduga sudah berusia beberapa abad. Kesimpulan itu didasarkan pada pengamatan
yang dilaporkan oleh peneliti bangsa Spanyol yang bernama Nunez Cabeza de
Vaca (Ferguson dan Heath, 1981 : 188).
Tahun
1956 orang-orang yang sudah tua banyak yang menguasai Bahasa Isyarat Indian
Plains. Di antara lima orang yang menguasai, empat di antaranya berusia di atas
60 tahun. Pemakai yang lebih muda jarang ditemui kecuali di daerah Crows,
Arapahoes, dan Cheyennes Utara.
Bahasa
Isyarat Indian Plains memiliki struktur. Struktur bahasa isyarat itu diwujudkan
dalam bentuk pasangan isyarat (signs) dengan acuan (reference).
Isyarat dan acuan itu berhubungan dengan makna tertentu dalam pikiran para
pemakai. Hubungan lambing dan makna dalam bahasa isyarat dapat bersifat
kesemenaan (arbitrary). Lambing itu memiliki makna yang dapat dipahami
karema pemakaiannya sudah diajari untuk menghubungkan makna itu dengan lambing
tersebut.
Bahasa
Isyarat Indian Plains, juga banyak memakai perwujudan makna berdasarkan isyarat
dan gerak tubuh. Namun, sebagian makna tidak dapat diwujudkan secara fisik.
Meski perwujudan fisik itu dapat dilakukan, pemakai dapat menentukan pilihan
bagaimana perwujudan itu dapat dilakukan dan aspek acuan apa yang harus
diwujudkan dalam isyarat itu.
F. Bahasa
Isyarat Amerika.
Bahasa
Isyarat Amerika atau juga disebut Ameslan (American Sign Language)
dipakai oleh sekitar 500.000 penduduk Amerika Serikat. Bahasa Isyarat Amerika
merupakan bahasa non-bahasa Inggris yang menempati urutan ketiga dalam
pemakaiannya (setelah bahasa Spanyol dan bahasa Italia) di Amerika. Besarnya
jumlah pemakai itu dapat dikatakan luar biasa sebab sejauh ini penggunaan
Bahasa Isyarat Amerika kurang digalakkan dikebanyakan sekolah luar biasa untuk
penyandang tunarungu. Secara historis tidak banyak guru penyandang tunarungu
yang mengetahui tentang Bahasa Isyarat Amerika, dan sebagian di antara mereka
memandangnya bukan bahasa.
Bahasa
Isyarat Amerika sebenarnya ialah sejenis “ versi bahasa Inggris yang disertai
isyarat gerak”. Secara historis, Bahasa Isyarat Amerika berkembang dari Bahasa
Isyarat Perancis yang digunakan di sekolah luar biasa di Paris yang didirikan
dalam abad ke-18. Pada awal abad ke-19, seorang guru sekolah itu bernama Laurent
Clerc diundang ke Amerika oleh seorang kepala lembaga gereja Amerika yang
bernama Thomas Galaudet. Selain ditugasi mengajar anak-anak tunarungu, Clerc
juga mengajar guru-guru yang lain. Sejak saat itu, Bahasa Isyarat hasil impor
yang dipadukan dengan ciri-ciri bahasa isyarat alamiah itu digunakan oleh kaum
tunarungu Amerika. Asal usul Amerika dan para pemakai bahasa isyarat Inggris
(bukan bahasa Inggris isyarat) tidak memiliki bahasa isyarat yang sama. Bahasa
Isyarat Amerika dan Bahasa Isyarat Inggris merupakan dua bahasa yang berbeda
dan tidak dapat diperlukan sebagai versi bahasa Inggris lisan yang kebetulan
melibatkan penggunaan tangan.
1. Struktur
Isyarat
Pendapat
bahwa bahasa isyarat alamiah berhubungan dengan gerak isyarat tangan merupakan
pendapat yang salah. Untukmenghasilkan bentuk-bentuk linguistik dalam Bahasa
Isyarat Amerika, para pemakai menggunakan 4 kunci pokok informasi visual. Keempat
kunci itu biasanya digolongkan sebagai bentuk, arah, tempat dan gerak. Seperti
halnya dengan bahasa lisan alamiah, keempat kunci itu disebut parameter
artikulatoris.
2. Makna
Isyarat.
Isyarat
dalam Bahasa Isyarat Amerika secara salah sering dianggap sebagai ‘gambaran’
obyek-obyek atau tindakan-tindakan yang diacu. Banyak orang masih menganggap
bahwa bahasa tunarungu itu merupakan pantomime atau pengolahan mimik muka.
Pengertian yang salah itu biasanya disertai dengan mitos bahwa bahasa isyarat
seperti Bahasa Isyarat Amerika mengandung sejumlah isyarat primitif yang hanya
dapat digunakan untuk mengacu ke wujud dan tindakan yang nyata, tetapi bukan
pada sesuatu yang tidak nyata.
System
komunikasi visual dapat mempunyai bentuk-bentuk yang mempunyai dasar ikonis.
Ikon merupakan perwujudan lambing yang secara fisik sama dengan obyek yang
diwakili. Dengan demikian, dalam pemakaian Bahasa Isyarat Amerika, seorang
pemakai isyarat dapat menghasilkan perwujudan ikonis untuk mengacu ke sesuatu
yang ditemui untuk pertama kalinya, atau sesuatu yang jarang dibicarakan.
G. Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia.
Isyarat
Bahasa Indonesia didefenisikan sebagai media komunikasi dengan dan di antara
kaum tunarungu yang berwujud gerakan tangan yang disusun secara sistematis
untuk melambangkan bahasa Indonesia. Sistem isyarat itu disebut Isyarat
Bahasa Indonesia (Isyando), yang melambangkan bahwa bahasa Indonesia
mengandung arti agar dapat diharapkan dalam mengemban semua fungsi bahasa
Indonesia, mencerminkan karakteristik budaya, sosial, dan ekologi bangsa Indonesia.
Dari
segi tata bahasa, Isyando mengacu ke kaidah bahasa Indonesia dengan segenap
tatanannya. Isyando dibentuk secara sistematis karena mengacu ke satu sistem
tertentu. Setiap isyarat memiliki komponen-komponen, hubungan antar komponen,
dan hubungan antara isyarat yang satu dengan isyarat yang lainnya secara
teratur. Komponen utama yang menentukan makna ialah gerak tangan dan gerak
badan lainnya berfungsi sebagai penunjang. Isyando digunakan oleh orang yang
dapat mendengar dan antara kaum tunarungu dengan tunarungu.
Isyarat
Bahasa Indonesia dikembangkan oleh Tim Pengembang Isyando dengan mengikuti
beberapa langkah. Yang penilaian hasilujicoba penerapan Isyando itu
menghasilkan beberapa kesimpulan.
v Isyando sebagai komponen komunikasi total memiliki kelayakan
sebagai salah satu media komunikasi dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
v Isyando dapat diterima di antara kaum tunarungu yang terkabung
dalam Gerkatin.
v Sebagian besar isyarat dalam rancangan pertama sudah memenuhi
criteria yang meliputi wujud maupun makna isyarat.
v Keselarasan gambar dan deskripsi, dan keselarasan antara gambar dan
deskripsi perlu disempurnakan.
1. Komponen dan
Lingkup Isyando.
Isyando
mengandung 2 komponen yang bersifat visual. Komnponen pertama berfungsi
membedakan makna, sedangkan komponen kedua berfungsi sebagai penunjang.
Komponen
pembeda makna meliputi penampil, tempat, arah dan frekuensi. Penampil adalah
tengan atau bagian tangan yang digunakan untuk membentuk isyarat. Tempat adalah
bagian badan yang menjadi tempat awal isyarat dibentuk atau arah akhir isyarat.
Arah adalah arah penampil isyarat ketika dibuat. Frekuensi adalah sejumlah
gerak yang dilakukan pada waktu isyarat dibentuk.
Komponen
penunjang yang tampil bersamaan dengan komponen meliputi mimik muka, gerak tubuh,
kecepatan gerakan, dan kelenturan gerak. Mimik muka memberikan makna tambahan
atau tekanan terhadap pesan isyarat yang disampaikan.
Isyando
meliputi 3 macam isyarat, yaitu :
v Isyarat Pokok, yaitu isyarat yang melambangkan sebuah kata atau
konsep yang dibentuk dengan komponen pembeda makna.
v Isyarat Tambahan, yaitu isyarat yang melambangkan awalan, akhiran
dan partikel. Isyarat awalan dibentuk dengan tangan kanan sebagai penampil dan
telapak tangan kiri sebagai tempat. Isyarat akhiran dan partikel dibentuk
dengan tangan kanan sebai penampil, bertempat di buka dada dan mengarah ke
kanan.
v Isyarat Bentukan, merupakan isyarat yang dibentuk dengan
menggabungkan isyarat pokok dan isyarat tambahan, mengulang isyarat pokok dan
menggabungkan dua isyarat pokok atau lebih.
Aturan
yang dipakai dalam penerapan Isyando mengikuti aturan pemakaian bahasa verbal.
Aturan itu adalah sebagai berikut :
v Urutan isyarat menentukan keseluruhan pesan yang disampaikan.
v Jeda diisyaratkan dengan penghentian sejenak di antara isyarat-isyarat
yang dibuat.
v Intonasi dilambangkan dengan mimik muka, gerakan bagian tubuh yang
lain, kelenturan dan kecepatan gerak. Tanda baca diisyaratkan dengan tangan
kanan sebagai penampil berupa tanda baca imajiner di udara.
BAB
III
PENUTUP
Bahasa
isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan
gerak bibir, bukannya suara, untuk berkomunikasi. Kaum tunarungu adalah
kelompok utama yang menggunakan bahasa ini, biasanya dengan mengkombinasikan
bentuk tangan, orientasi dan gerak tangan, lengan, dan tubuh, serta ekspresi
wajah untuk mengungkapkan pikiran mereka.
Bertentangan
dengan pendapat banyak orang, pada kenyataannya belum ada bahasa isyarat
internasional yang sukses diterapkan. Bahasa isyarat unik dalam jenisnya di
setiap negara. Bahasa isyarat bisa saja berbeda di negara-negara yang berbahasa
sama. Contohnya, Amerika Serikat dan Inggris meskipun memiliki bahasa tertulis
yang sama, memiliki bahasa isyarat yang sama sekali berbeda (American Sign
Language dan British Sign Language). Hal yang sebaliknya juga berlaku. Ada
negara-negara yang memiliki bahasa tertulis yang berbeda (contoh: Inggris
dengan Spanyol), namun menggunakan bahasa isyarat yang sama.
Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) yang baku merupakan salah satu media bantu kaum
tunarungu dalam bermasyarakat. Wujudnya adalah tatanan sistematis tentang
seperangkat isyarat jari, tangan dan berbagai gerak yang melambangkan kosakata
Bahasa Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Kristal-Kristal Ilmu Bahasa/ bahasa isyarat Bab 17
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar yea :