TEKHNIK
PENGOMPOSAN
Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan – bahan organik atau
proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan
bantuan mikroorganisme. Kompos astau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang
telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak
berbau. Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya
kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi
tanaman. Manfaat Kompos untuk Tanah dan Tanaman Kompos ibarat multivitamin bagi
tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan
mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur. Tanah
miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang
diberi kompos tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik daripada
tanaman tanpa kompos. Manfaat dari penggunaan pupuk kompos pada lahan pertanian
adalah mampu menggantikan atau mengefektifkan penggunaan pupuk kimia (non
organik) sehingga biaya pembelian pupuk dapat ditekan. Selain itu manfaat yang
lain adalah dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan olah
tanaman, disamping itu juga dapat menghasilkan unsur hara mikro yang lain
seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. Sedangkan manfaat khusus bagi peternak,
yaitu bahwa pola pemeliharaan ternak (usaha budidaya) menjadi lebih sehingga
pengelolaan ternak untuk tujuan produksi dan reproduksi akan lebih optimal.
Pembuatan Kompos Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup
atau bahan organik dapat dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput,
ranting, dan sisa kayu dapat dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan
kotoran manusia bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal
dengan istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga
menjadi kompos. Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak mudah,
dan ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan.
Bahan yang agak mudah alias agak sulit dikomposkan antara lain: kayu keras,
batang, dan bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu
yang sangat keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang.
Secara alami bahan organik akan mengalami pelapukan menjadi
kompos, tetapi waktunya lama antara setengah sampai satu tahun tergantung bahan
dan kondisinya. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat perlu
perlakuan tambahan. Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator
atau inokulum atau biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba)
yang bekerja mempercepat pelapukan bahan organik menjadi kompos. Bahan organik
yang lunak dan ukurannya cukup kecil dapat dikomposkan tanpa harus dilakukan
pencacahan. Tetapi bahan organik yang besar dan keras, sebaiknya dicacah
terlebih dahulu. Aktivator kompos harus dicampur merata ke seluruh bahan
organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat. Bahan yang
akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Air ini sangat dibutuhkan
untuk kehidupan jasad renik di dalam aktivator kompos. Bahan yang kering lebih
sulit dikomposkan. Akan tetapi kandungan air yang terlalu banyak juga akan
menghambat proses pengomposan. Jadi basahnya harus cukup. Bahan juga harus
cukup mengandung udara. Seperti halnya air, udara dibutuhkan untuk kehidupan
jasad renik aktivator kompos. Contoh Pembuatan Kompos Kotoran Sapi
BAHAN
BAKU KOMPOS
Prinsip dasar dari pengomposan adalah mencampur bahan organik
kering yang kaya karbohidrat dengan bahan organik basah yang banyak mengandung
N. Pencampuran kotoran ternak dan karbon kering, misalnya serbuk gergaji,
rumput sisa ransum. atau jerami menghasilkan kompos yang berguna untuk
meningkatkan struktur tanah. 1.Kotoran Sapi Perah Kotoran sapi perah umumnya
banyak mengandung air dan nitrogen (N). Karena itu, kotoran sapi perlu dicampur
dengan bahan lain yang mengandung tinggi karbon kering. Kompos yang dihasilkan
berkualitas baik. 2. Serbuk Gergaji Serbuk gergaji memiliki kandungan air
kering sampai sedang. Sebagai bahan baku kompos serbuk gergaji bernilai sedang
hingga baik walau tidak seluruh komponen bahan dirombak dengan sempurna. Serbuk
gergaji ada yang berasal dari kayu lunak dan ada pula kayu keras. Kekerasan
jenis kayu menentukan lamanya proses pengomposan karena kandungan lignin didalamnya.
Kualitas serbuk gergaji tergantung pada macam kayu, asal daerah penanaman, dan
umur kayu. Makin halus ukuran partikel serbuk gergaji makin baik daya serap air
dan bau yang dimilikinya. 3.Rumput Sisa Ransum Kandungan air rumput sisa ransum
berada pada rentangan kering sampai sedang. Rumput sisa yang masih panjang
sebaiknya dicacah menjadi lebih pendek agar fermentasi berjalan cepat. Rumput
cacah sisa ransum mempunyai peluang dirombak dengan cepat. Rumput sisa menjadi
sumber N yang baik. Dalam proses pengomposan timbunan dapat menjadi padat dan
suasana menjadi anaerobik.
TEKNIK
PENGOMPOSAN
Teknik pengomposan yang diuraikan dalam hal ini berkaitan dengan
peralatan yang digunakan dan alur kerja, penimbunan bahan baku, dan bagaimana
cara mencampur bahan baku dengan baik agar proses pengomposan memberi hasil
memuaskan. 1. Alat-alat Pengomposan Alat yang digunakan dalam proses
pengomposan skala kecil adalah cangkul, sekop, kotak atau ruang pengomposan,
kantung plastik, dan alat perekat kantung plastik. Berdasarkan pengalaman,
pembuat kompos yang baik dapat mengetahui kira-kira berapa temperatur kompos
saat itu dengan memegang dan meremas bahan kompos. Berdasarkan hal tersebut,
seandainya itu pun ada, thermometer dapat digunakan hanya pada pertama kali pengomposan.
Naungan dan tempat yang tidak dilalui aliran air patut mendapat perhatian dari
pembuat kompos. Kantung plastik dan alat perekatnya digunakan pembuat kompos
jika ingin menjual kompos hasil produksinya dalam bentuk bukan curah. 2.Alur
Kerja Pengomposan Mulai dari penanganan bahan baku sampai dengan penyimpanan
kompos sebelum dijual mempunyai alur kerja pada bahan baku, proses campuran,
dan hasil kompos. Alur kerja secara rinci diuraikan menjadi penyimpanan,
penghalusan, dan pencampuran bahan baku; penumpukan campuran, pengukuran
temperatur dan kelembaban, penghentian
proses; dan pematangan, pengayakan, pengeringan, pengepakan, serta penyimpanan
hasil kompos seperti berikut ini.
Mula-mula bahan baku yang belum digunakan disimpan di tempat
aman agar tidak menimbulkan peluang terjadinya kebakaran. Yang dimaksudkan
dengan penghalusan bahan baku adalah pengurangan ukuran bentuk, misalnya
pencacahan rumput. Pencampuran dan penumpukan bahan baku dapat menjadi satu
atau bagian yang terpisah. Kotoran sapi perah dicampur dengan serbuk gergaji
atau rumput sisa ransum dengan perbandingan volume 1:1 atau 1:2. Pengukuran
volume dapat memakai ember air atau alat tampung lainnya. Bahan baku diaduk
atau langsung ditumpuk berlapis-lapis di tempat pengomposan. Tempat pengomposan
mungkin menggunakan kotak, ember, atau permukaan lahan. Tumpukan jangan
dipadatkan. Keesokan harinya tumpukan dibalik-balik. Pengukuran temperatur dan
kelembaban dilakukan sebelum pembalikan, terutama temperatur, jika alat
tersedia. Pembalikan dikerjakan tiap hari selama minggu pertama dan setelah itu
dapat dilaksanakan seminggu sekali. Campuran diremas untuk mengetahui
kelembaban. Kelembaban rendah campuran ditandai dengan tidak adanya bagian
bahan baku kompos yang melekat di telapak tangan. Jadi, ke dalam tumpukan harus
ditambahkan air secukupnya. Penghentian proses dihentikan setelah temperatur
stabil dan selanjutnya diikuti oleh proses pematangan. Kompos dibiarkan di
udara terbuka selama seminggu. Setelah itu kompos diayak untuk memisahkan
bagian kasar dan halus. Bagian kasar diikutsertakan lagi dalam pengomposan
berikutnya.
Pengomposan selanjutnya mungkin menggunakan campuran hasil
kompos sebanyak 10% dari total bahan baku untuk mempercepat proses pengomposan.
Kompos hasil yang akan dijual dikeringkan, dipak, dan disimpan. HASIL KOMPOS
Pembuatan kompos mempunyai sangat banyak manfaat, walau tidak terlepas dari
kekurangannya juga. Kegunaan kompos telah sering dibahas pada berbagai tulisan
dan kesempatan. Sementara itu mengetahui kelemahan pengomposan dapat digunakan
untuk mengatasinya. Harga jual kompos berkisar antara Rp500,00- Rp2.500,00/kg
dengan biaya produksi Rp440,00/kg. Berdasarkan harga curah saja produsen kompos
sudah mendapat pendapatan kotor sebesar Rp60,00/kg. Proses pengemasan membutuhkan
biaya sebesar Rp1.000,00/kg dan ternyata usaha ini menaikkan harga jual kompos
dan memberikan pendapatan Rp1.060,00/kg
DAMPAK
POSITIF DAN NEGATIF BAGI LINGKUNGAN
Dampak Positif Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.
Kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih
gembur. Dampak Negatif Bau acapkali timbul saat proses pengomposan berlangsung,
berasal dari bahan baku dan prosesnya
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar yea :