Minggu, 17 April 2011

Tekhnik Pengomposan

TEKHNIK PENGOMPOSAN
Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan – bahan organik atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Kompos astau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Manfaat Kompos untuk Tanah dan Tanaman Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik daripada tanaman tanpa kompos. Manfaat dari penggunaan pupuk kompos pada lahan pertanian adalah mampu menggantikan atau mengefektifkan penggunaan pupuk kimia (non organik) sehingga biaya pembelian pupuk dapat ditekan. Selain itu manfaat yang lain adalah dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan olah tanaman, disamping itu juga dapat menghasilkan unsur hara mikro yang lain seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. Sedangkan manfaat khusus bagi peternak, yaitu bahwa pola pemeliharaan ternak (usaha budidaya) menjadi lebih sehingga pengelolaan ternak untuk tujuan produksi dan reproduksi akan lebih optimal. Pembuatan Kompos Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan organik dapat dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan sisa kayu dapat dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi kompos. Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak mudah, dan ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan. Bahan yang agak mudah alias agak sulit dikomposkan antara lain: kayu keras, batang, dan bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu yang sangat keras, tulang, rambut, tanduk, dan bulu binatang.
Secara alami bahan organik akan mengalami pelapukan menjadi kompos, tetapi waktunya lama antara setengah sampai satu tahun tergantung bahan dan kondisinya. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat perlu perlakuan tambahan. Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau inokulum atau biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja mempercepat pelapukan bahan organik menjadi kompos. Bahan organik yang lunak dan ukurannya cukup kecil dapat dikomposkan tanpa harus dilakukan pencacahan. Tetapi bahan organik yang besar dan keras, sebaiknya dicacah terlebih dahulu. Aktivator kompos harus dicampur merata ke seluruh bahan organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat. Bahan yang akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Air ini sangat dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik di dalam aktivator kompos. Bahan yang kering lebih sulit dikomposkan. Akan tetapi kandungan air yang terlalu banyak juga akan menghambat proses pengomposan. Jadi basahnya harus cukup. Bahan juga harus cukup mengandung udara. Seperti halnya air, udara dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik aktivator kompos. Contoh Pembuatan Kompos Kotoran Sapi

BAHAN BAKU KOMPOS
Prinsip dasar dari pengomposan adalah mencampur bahan organik kering yang kaya karbohidrat dengan bahan organik basah yang banyak mengandung N. Pencampuran kotoran ternak dan karbon kering, misalnya serbuk gergaji, rumput sisa ransum. atau jerami menghasilkan kompos yang berguna untuk meningkatkan struktur tanah. 1.Kotoran Sapi Perah Kotoran sapi perah umumnya banyak mengandung air dan nitrogen (N). Karena itu, kotoran sapi perlu dicampur dengan bahan lain yang mengandung tinggi karbon kering. Kompos yang dihasilkan berkualitas baik. 2. Serbuk Gergaji Serbuk gergaji memiliki kandungan air kering sampai sedang. Sebagai bahan baku kompos serbuk gergaji bernilai sedang hingga baik walau tidak seluruh komponen bahan dirombak dengan sempurna. Serbuk gergaji ada yang berasal dari kayu lunak dan ada pula kayu keras. Kekerasan jenis kayu menentukan lamanya proses pengomposan karena kandungan lignin didalamnya. Kualitas serbuk gergaji tergantung pada macam kayu, asal daerah penanaman, dan umur kayu. Makin halus ukuran partikel serbuk gergaji makin baik daya serap air dan bau yang dimilikinya. 3.Rumput Sisa Ransum Kandungan air rumput sisa ransum berada pada rentangan kering sampai sedang. Rumput sisa yang masih panjang sebaiknya dicacah menjadi lebih pendek agar fermentasi berjalan cepat. Rumput cacah sisa ransum mempunyai peluang dirombak dengan cepat. Rumput sisa menjadi sumber N yang baik. Dalam proses pengomposan timbunan dapat menjadi padat dan suasana menjadi anaerobik.

TEKNIK PENGOMPOSAN
Teknik pengomposan yang diuraikan dalam hal ini berkaitan dengan peralatan yang digunakan dan alur kerja, penimbunan bahan baku, dan bagaimana cara mencampur bahan baku dengan baik agar proses pengomposan memberi hasil memuaskan. 1. Alat-alat Pengomposan Alat yang digunakan dalam proses pengomposan skala kecil adalah cangkul, sekop, kotak atau ruang pengomposan, kantung plastik, dan alat perekat kantung plastik. Berdasarkan pengalaman, pembuat kompos yang baik dapat mengetahui kira-kira berapa temperatur kompos saat itu dengan memegang dan meremas bahan kompos. Berdasarkan hal tersebut, seandainya itu pun ada, thermometer dapat digunakan hanya pada pertama kali pengomposan. Naungan dan tempat yang tidak dilalui aliran air patut mendapat perhatian dari pembuat kompos. Kantung plastik dan alat perekatnya digunakan pembuat kompos jika ingin menjual kompos hasil produksinya dalam bentuk bukan curah. 2.Alur Kerja Pengomposan Mulai dari penanganan bahan baku sampai dengan penyimpanan kompos sebelum dijual mempunyai alur kerja pada bahan baku, proses campuran, dan hasil kompos. Alur kerja secara rinci diuraikan menjadi penyimpanan, penghalusan, dan pencampuran bahan baku; penumpukan campuran, pengukuran temperatur dan  kelembaban, penghentian proses; dan pematangan, pengayakan, pengeringan, pengepakan, serta penyimpanan hasil kompos seperti berikut ini.
Mula-mula bahan baku yang belum digunakan disimpan di tempat aman agar tidak menimbulkan peluang terjadinya kebakaran. Yang dimaksudkan dengan penghalusan bahan baku adalah pengurangan ukuran bentuk, misalnya pencacahan rumput. Pencampuran dan penumpukan bahan baku dapat menjadi satu atau bagian yang terpisah. Kotoran sapi perah dicampur dengan serbuk gergaji atau rumput sisa ransum dengan perbandingan volume 1:1 atau 1:2. Pengukuran volume dapat memakai ember air atau alat tampung lainnya. Bahan baku diaduk atau langsung ditumpuk berlapis-lapis di tempat pengomposan. Tempat pengomposan mungkin menggunakan kotak, ember, atau permukaan lahan. Tumpukan jangan dipadatkan. Keesokan harinya tumpukan dibalik-balik. Pengukuran temperatur dan kelembaban dilakukan sebelum pembalikan, terutama temperatur, jika alat tersedia. Pembalikan dikerjakan tiap hari selama minggu pertama dan setelah itu dapat dilaksanakan seminggu sekali. Campuran diremas untuk mengetahui kelembaban. Kelembaban rendah campuran ditandai dengan tidak adanya bagian bahan baku kompos yang melekat di telapak tangan. Jadi, ke dalam tumpukan harus ditambahkan air secukupnya. Penghentian proses dihentikan setelah temperatur stabil dan selanjutnya diikuti oleh proses pematangan. Kompos dibiarkan di udara terbuka selama seminggu. Setelah itu kompos diayak untuk memisahkan bagian kasar dan halus. Bagian kasar diikutsertakan lagi dalam pengomposan berikutnya.
Pengomposan selanjutnya mungkin menggunakan campuran hasil kompos sebanyak 10% dari total bahan baku untuk mempercepat proses pengomposan. Kompos hasil yang akan dijual dikeringkan, dipak, dan disimpan. HASIL KOMPOS Pembuatan kompos mempunyai sangat banyak manfaat, walau tidak terlepas dari kekurangannya juga. Kegunaan kompos telah sering dibahas pada berbagai tulisan dan kesempatan. Sementara itu mengetahui kelemahan pengomposan dapat digunakan untuk mengatasinya. Harga jual kompos berkisar antara Rp500,00- Rp2.500,00/kg dengan biaya produksi Rp440,00/kg. Berdasarkan harga curah saja produsen kompos sudah mendapat pendapatan kotor sebesar Rp60,00/kg. Proses pengemasan membutuhkan biaya sebesar Rp1.000,00/kg dan ternyata usaha ini menaikkan harga jual kompos dan memberikan pendapatan Rp1.060,00/kg


DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF BAGI LINGKUNGAN
Dampak Positif Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur. Dampak Negatif Bau acapkali timbul saat proses pengomposan berlangsung, berasal dari bahan baku dan prosesnya


0 komentar:

Posting Komentar

Komentar yea :

SMS Gratis

Cara Buat Widget Ini