PEMANASAN
GLOBAL DAN DAMPAKNYA
Pemanasan Global
(Global Warming) merupakan isu yang semakin sering didengungkan oleh berbagai
pihak belakangan ini. Sebagian besar manusia di bumi khususnya negara maju
telah mengkhawatirkan dampak perubahan iklim global terhadap kelangsungan
kehidupan di bumi. Dampak pemanasan global telah dirasakan dalam kehidupan
sehari-hari. Suhu udara makin panas dan intensitas bencana alam pun meningkat,
mulai dari banjir, puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak
menentu dari tahun ke tahun. Seharusnya kita menyadari bahwa semua ini adalah
tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa bumi ini sedang mengalami proses
kerusakan yang menuju pada kehancuran! Hal ini terkait langsung dengan isu
global tersebut.
Penyebab Pemanasan
Global
Pemanasan global dapat
diartikan sebagai kejadian meningkatnya temperatur rata-rata permukaan bumi.
Mengapa suhu permukaan bumi bisa meningkat? Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa
ternyata makin meningkatnya suhu permukaan bumi terkait langsung dengan gas-gas
rumah kaca yang dihasilkan oleh aktifitas manusia.
Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) telah membentuk sebuah kelompok peneliti khusus untuk mengawasi
sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global. Kelompok penelitian ini
disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC). Salah satu hal
pertama yang IPCC temukan berhubungan dengan pemanasan global adalah bahwa
beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap pemanasan
yang kita alami, dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas
rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh
pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern,
peternakan, serta pembangkit tenaga listrik.
Apa yang dimaksud Efek
dan Gas Rumah Kaca?
Efek rumah kaca,
pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah proses
di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit
beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah
kaca.
Efek rumah kaca dapat
digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi
secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat
aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakang diterima oleh
semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa
perbedaan pendapat pada prinsipnya unsur-unsur iklim seperti suhu udara dan
curah hujan dikendalikan oleh keseimbangan energi antara bumi dan atmosfir.
Radiasi matahari yang
sampai dipermukaan bumi berupa cahaya tampak sebagian diserap oleh permukaan
bumi dan atmosfir di atasnya. Rata-rata jumlah radiasi yang diterima bumi
berupa cahaya yang seimbang dengan jumlah yang dipancarkan kembali ke atmosfer
berupa radiasi inframerah yang bersifat panas dan menyebabkan pemansan atmosfer
bumi. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous
oksida (N2O), dan uap air (H2O) yang terdapat diatmosfir secara alami menyerap
radiasi panas tersebut di atmosfir bagian bawah. Inilah yang dinamakan efek
rumah kaca.
Tanpa gas rumah kaca
alami tersebut suhu bumi akan 340C lebih dingin dari yang kita alami sekarang.
Masalahnya adalah seiring dengan meningkatnya taraf hidup manusia emisi gas
rumah kaca meningkat dengan tajam karena meningkatnya konsumsi bahan bakar
fosil sejak revolusi industri pada pertengahan tahun 1880-an. Meskipun dalam
dekade terakhir ini emisi CH4 mengalami penurunan hingga 22 juta ton/th dari 37
juta ton/th pada dekade terdahulu dan emisi N2O juga menurun sedikit dari 3,9
menjadi 3,3 juta ton/th, emisi CO2 meningkat lebih dari dua kali lipat dari
1.400 juta ton/tahun menjadi 2.900 juta ton/tahun dalam dekade yang sama.
Akibatnya suhu atmosfir bumi sekarang menjadi 0,50C lebih panas dibanding suhu
pada zaman pra-industri. Dalam jangka panjang suhu bumi akan cenderung semakin
panas dari suhu yang seharusnya kita rasakan jika kita tidak berupaya
menurunkan dan menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca.
Uap air sebenarnya gas
rumah kaca yang potensial yang pengaruhnya segera dirasakan, misalnya pada saat
keawanan dan kelembaban menjelang turun hujan tinggi. Udara terasa panas karena
radiasi gelombang panjang tertahan uap air atau mendung yang menggantung di
atmosfer. namu H2O tidak diperhitungkan sebagai gas rumah kaca yang efektif dan
tidak dipergunakan dalam prediksi perubahan iklim karena keberadaan atau masa
hidup (life time) H2O sangat singkat (9,2 hari), maka uap air bukanlah gas
rumah kaca yang efektif.
Sementara untuk CO2,
CH4, dan N2O masa hidupnya di atmosfer berturut-turut adalah 100, 15, 115
tahun. Karena masa tinggal GRK di atmosfer cukup lama, maka meskipun emisi yang
dilakukan oleh kegiatan dihentikan dengan segera, dampak dari akumulasi gerakan
rumah kaca tersebut masih akan tetap dirasakan untuk jangka waktu puluhan
bahkan ratusan tahun.
Pengaruh Manusia
terhadap Konsentrasi Gas Rumah Kaca
Yang menjadi
pertanyaannya sekarang apakah pengaruh manusia (GRK antropogenik) penyebab utama
meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca? sedangkan faktor alami yang secara
historis telah berperan dalam menentukan suhu bumi.
Berdasarkan hasil
diagnosa dan pengamatan para ahli, maka konsentrasi CO2 dalam kurun waktu tahun
1850 hingga 2000 menunjukkan peningkatan yang cukup berarti dari 290 ppmv
menjadi 360 ppmv. Ini menjukkan bahwa dari kurun waktu 100 tahun yang lalu,
peningkatan suhu bumi sebesar 0,50C telah dipengaruhi oleh peningkatan CO2.
Aktivitas manusia selama 250 tahun terakhir inilah yang membuat planet kita
semakin panas. Sejak Revolusi Industri, tingkat karbon dioksida beranjak naik
mulai dari 280 ppm menjadi 379 ppm dalam 150 tahun terakhir. Tidak main-main,
peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer Bumi itu tertinggi sejak 650.000 tahun terakhir!
IPCC juga menyimpulkan bahwa 90% gas rumah kaca yang dihasilkan manusia,
seperti karbon dioksida, metana, dan nitro oksida, khususnya selama 50 tahun
ini, telah secara drastis menaikkan suhu Bumi. Sebelum masa industri, aktivitas
manusia tidak banyak mengeluarkan gas rumah kaca, tetapi pertambahan penduduk,
pembabatan hutan, industri peternakan, dan penggunaan bahan bakar fosil
menyebabkan gas rumah kaca di atmosfer bertambah banyak dan menyumbang pada
pemanasan global. Dengan pola konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi seperti
sekarang juga menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 100 tahun mendatang
konsentrasi CO2 akan meningkat dua kali lipat dibanding zaman industri, yaitu
sekitar 580 ppmv. Dalam kondisi demikian prediksi jangka panjang memperkirakan
peningkatan suhu bumi antara 1,7 - 4,50C. Peningkatan suhu sebesar ini akan
disertai oleh naiknya tinggi muka laut antara 15 cm hingga 95 cm. Hal ini
terjadi karena mengembangnya volume air dan mencairnya es dikedua kutub bumi.
Sementara itu, di daerah tropis atau lintang rendah akan terpengaruh dalam hal
produktifitas tanaman, distribusi hama dan penyakit tanaman dan manusia.
Peningkatan suhu pada gilirannya akan mengubah pola dan distribusi curah hujan.
Kecenderungannya adalah bahwa daerah kering menjadi makin kering dan basah
makin basah. Sehingga kelestarian sumberdaya air akan terganggu.
Berikut ini akan
diuraikan aktifitas atau kegiatan manusia yang menjadi sumber gas rumah kaca
yang menyebabkan pemanasan global, yaitu sebagai berikut:
1) Peternakan
Kegiatan peternakan,
seperti: pemeliharaan ayam, sapi, babi, dan hewan-hewan ternak lainnya.
Kegiatan peternakan memberi sumbangan pemanasan global sekitar 18%. Selain itu,
kegiatan peternakan dunia juga menyumbang 37% metana (72 kali lebih kuat
daripada CO2 selama rentang waktu 20 tahun), dan 65% nitro oksida (296 kali
lebih kuat daripada CO2).
2) Pembangkit Energi
Sektor energi merupakan
sumber penting gas rumah kaca, khususnya karena energi dihasilkan dari bahan
bakar fosil, seperti minyak, gas, dan batu bara, di mana batu bara banyak
digunakan untuk menghasilkan listrik. Sumbangan sektor energi terhadap emisi
gas rumah kaca mencapai 25,9%.
3) Transportasi
Asap kendaraan
bermotor, pembakaran bahan bakar fosil pada kegiatan transportasi seperti:
mobil, sepeda motor, truk-truk besar, pesawat terbang, dan semua sarana
transportasi lainnya. Sumbangan seluruh sektor transportasi terhadap emisi gas
rumah kaca mencapai 13,1%. Sumbangan terbesar terhadap perubahan iklim berasal
dari transportasi darat (79,5%), disusul kemudian oleh transportasi udara
(13%), transportasi laut (7%), dan terakhir kereta api (0,5%).
4) Industri
Gas buangan industri,
penggunaan bahan bakar fosil memberikan sumbangan terhadap emisi gas rumah kaca
mencapai 19,4%. Sebagian besar sumbangan kegiatan industri berasal dari
penggunaan bahan bakar fosil untuk menghasilkan listrik atau dari produksi C02
secara langsung sebagai bagian dari pemrosesannya, misalnya saja dalam produksi
semen. Hampir semua emisi gas rumah kaca dari sektor ini berasal dari industri
besi, baja, kimia, pupuk, semen, kaca dan keramik, serta kertas.
5) Alih fungsi hutan
Penebangan hutan yang
menyebabkan penyerapan CO2 oleh tumbuhan berkurang , karena CO2 adalah bahan
baku dalam proses fotosintesis (illegal logging, pabrik kertas, furniture
berbahan dasar kayu, ekspor kayu, dsbnya). Kebakaran hutan, selain memiliki
dampak yang sama dengan penebangan hutan, pembakaran hutan juga melepaskan CO2
hasil pembakaran (pembukaan lahan baru, pembukaan lahan pertanian, dsbnya).
Alih fungsi lahan hutan akibat penebangan ataupun kebakaran tersebut menjadi
penyumbangan emisi gas rumah kaca sebesar 17.4%.
6) Kegiatan pertanian
Kegiatan pertanian
memberi sumbangan terhadap emisi gas rumah kaca sebesar 13,5%. Sumber emisi gas
rumah kaca pertama-tama berasal dari pengerjaan tanah dan pembukaan hutan.
Selanjutnya, berasal dari penggunaan bahan bakar fosil untuk pembuatan pupuk
dan zat kimia lain. Penggunaan mesin dalam pembajakan, penyemaian,
penyemprotan, dan pemanenan menyumbang banyak gas rumah kaca. Yang terakhir,
emisi gas rumah kaca berasal dari pengangkutan hasil panen dari lahan pertanian
ke pasar.
7) Hunian dan Bangunan
Komersial
Hunian dan bangunan
bertanggung jawab sebesar 7,9%. Namun, bila dipandang dari penggunaan energi,
maka hunian dan bangunan komersial bisa menjadi sumber emisi gas rumah kaca
yang besar. Misalnya saja dalam penggunaan listrik untuk menghangatkan dan
mendinginkan ruangan, pencahayaan, penggunaan alat-alat rumah tangga, maka
sumbangan sektor hunian dan bangunan bisa mencapai 30%. Konstruksi bangunan
juga mempengaruhi tingkat emisi gas rumah kaca. Sebagai contohnya, semen,
menyumbang 5% emisi gas rumah kaca.
8) Sampah
Limbah sampah
menyumbang 3,6% emisi gas rumah kaca. Sampah yang dimaksud bisa berasal dari
sampah yang menumpuk di Tempat Pembuangan Sampah (2%) atau dari air limbah atau
jenis limbah lainnya (1,6%). Gas rumah kaca yang berperan terutama adalah
metana, yang berasal dari proses pembusukan sampah tersebut.
Dampak Pemanasan Global
1) Mencairnya es di
kutub utara & selatan
Pemanasan Global
berdampak langsung pada terus mencairnya es di daerah kutub utara dan kutub
selatan. Es di Greenland yang telah mencair hampir mencapai 19 juta ton! Dan
volume es di Artik pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari yang ada 4
tahun sebelumnya. Mencairnya es saat ini berjalan jauh lebih cepat dari
model-model prediksi yang pernah diciptakan oleh para ilmuwan. Beberapa
prediksi awal yang pernah dibuat sebelumnya memperkirakan bahwa seluruh es di
kutub akan lenyap pada tahun 2040 sampai 2100. Tetapi data es tahunan yang
tercatat hingga tahun 2007 membuat mereka berpikir ulang mengenai model
prediksi yang telah dibuat sebelumnya. Para ilmuwan mengakui bahwa ada
faktor-faktor kunci yang tidak mereka ikutkan dalam model prediksi yang ada.
Dengan menggunakan data es terbaru, serta model prediksi yang lebih akurat, Dr.
H. J. Zwally, seorang ahli iklim NASA membuat prediksi baru yang sangat
mencengangkan: HAMPIR SEMUA ES DI KUTUB UTARA AKAN LENYAP PADA AKHIR MUSIM
PANAS 2012!
Baru-baru ini sebuah
fenomena alam kembali menunjukkan betapa seriusnya kondisi ini. Pada tanggal 6
Maret 2008, sebuah bongkahan es seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali
luas kota Surabaya) di Antartika runtuh. Menurut peneliti, bongkahan es berbentuk
lempengan yang sangat besar itu mengambang permanen di sekitar 1.609 kilometer
selatan Amerika Selatan, barat daya Semenanjung Antartika. Padahal, diyakini
bongkahan es itu berada di sana sejak 1.500 tahun lalu. “Ini akibat pemanasan
global,” ujar ketua peneliti NSIDC Ted Scambos. Menurutnya, lempengan es yang
disebut Wilkins Ice Shelf itu sangat jarang runtuh. Sekarang, setelah adanya
perpecahan itu, bongkahan es yang tersisa tinggal 12.950 kilometer persegi,
ditambah 5,6 kilometer potongan es yang berdekatan dan menghubungkan dua pulau.
“Sedikit lagi, bongkahan es terakhir ini bisa turut amblas. Dan, separo total
area es bakal hilang dalam beberapa tahun mendatang,” ujar Scambos.
“Beberapa kejadian
akhir-akhir ini merupakan titik yang memicu dalam perubahan sistem,” ujar Sarah
Das, peneliti dari Institut Kelautan Wood Hole. Perubahan di Antartika sangat
kompleks dan lebih terisolasi dari seluruh bagian dunia. Antartika di Kutub
Selatan adalah daratan benua dengan wilayah pegunungan dan danau berselimut es yang
dikelilingi lautan. Benua ini jauh lebih dingin daripada Artik, sehingga
lapisan es di sana sangat jarang meleleh, bahkan ada lapisan yang tidak pernah
mencair dalam sejarah. Temperatur rata-ratanya minus 49 derajat Celsius, tapi
pernah mencapai hampir minus 90 derajat celsius pada Juli 1983. Tak heran jika
fenomena mencairnya es di benua yang mengandung hampir 90 persen es di seluruh
dunia itu mendapat perhatian serius peneliti.
2) Meningkatnya level
permukaan laut
Mencairnya es di kutub
utara dan kutub selatan berdampak langsung pada naiknya level permukaan air
laut (grafik di samping menunjukkan hasil pengukuran level permukaan air laut
selama beberapa tahun terakhir). Para ahli memperkirakan apabila seluruh
Greenland mencair. Level permukaan laut akan naik sampai dengan 7 meter! Cukup
untuk menenggelamkan seluruh pantai, pelabuhan, dan dataran rendah di seluruh
dunia.
3) Perubahan
Iklim/cuaca yang semakin ekstrim
NASA menyatakan bahwa
pemanasan global berimbas pada semakin ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim
bumi. Pola curah hujan berubah-ubah tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan
banjir di satu tempat, tetapi kekeringan di tempat yang lain. Topan dan badai
tropis baru akan bermunculan dengan kecenderungan semakin lama semakin kuat.
Tanpa diperkuat oleh pernyataan NASA di atas pun Anda sudah dapat melihat
efeknya pada lingkungan di sekitar kita. Anda tentu menyadari betapa panasnya
suhu di sekitar Anda belakangan ini. Anda juga dapat melihat betapa tidak dapat
diprediksinya kedatangan musim hujan ataupun kemarau yang mengakibatkan
kerugian bagi petani karena musim tanam yang seharusnya dilakukan pada musim
kemarau ternyata malah hujan. Anda juga dapat mencermati kasus-kasus badai
ekstrim yang belum pernah melanda wilayah-wilayah terntentu di Indonesia.
Tahun-tahun belakangan ini kita makin sering dilanda badai-badai yang
mengganggu jalannya pelayaran dan pengangkutan baik via laut maupun udara. Bila
fenomena dalam negeri masih belum cukup bagi Anda, Anda dapat juga mencermati
berita-berita internasional mengenai bencana alam. Badai topan di Jepang dan
Amerika Serikat terus memecahkan rekor kecepatan angin, skala, dan kekuatan
badai dari tahun ke tahun, curah hujan dan badai salju di China juga terus
memecahkan rekor baru dari tahun ke tahun. Anda dapat mencermati
informasi-informasi ini melalui media massa maupun internet. Tidak ada satu
benua pun di dunia ini yang luput dari perubahan iklim yang ekstrim ini.
4) Gelombang Panas
menjadi Semakin Ganas
Pemanasan Global
mengakibatkan gelombang panas menjadi semakin sering terjadi dan semakin kuat.
Tahun 2007 adalah tahun pemecahan rekor baru untuk suhu yang dicapai oleh
gelombang panas yang biasa melanda Amerika Serikat. Daerah St. George, Utah
memegang rekor tertinggi dengan suhu tertinggi mencapai 48o Celcius! (Sebagai
perbandingan, Anda dapat membayangkan suhu kota Surabaya yang terkenal panas
‘hanya’ berkisar di antara 30o-37o Celcius). Suhu di St. George disusul oleh
Las Vegas dan Nevada yang mencapai 47o Celcius, serta beberapa kota lain di
Amerika Serikat yang rata-rata suhunya di atas 40o Celcius. Daerah Death Valley
di California malah sempat mencatat suhu 53o Celcius! Serangan gelombang panas
kali ini bahkan memaksa pemerintah di beberapa negara bagian untuk
mendeklarasikan status darurat siaga I. Serangan tahun itu memakan beberapa
korban meninggal (karena kepanasan), mematikan ratusan ikan air tawar, merusak
hasil pertanian, memicu kebakaran hutan yang hebat, serta membunuh hewan-hewan
ternak. Pada tahun 2003, daerah Eropa Selatan juga pernah mendapat serangan
gelombang panas hebat yang mengakibatkan tidak kurang dari 35.000 orang
meninggal dunia dengan korban terbanyak dari Perancis (14.802 jiwa). Perancis
merupakan negara dengan korban jiwa terbanyak karena tidak siapnya penduduk dan
pemerintah setempat atas fenomena gelombang panas sebesar itu. Korban jiwa
lainnya tersebar mulai dari Inggris, Italia, Portugal, Spanyol, dan negara-
negara Eropa lainnya. Gelombang panas ini juga menyebabkan kekeringan parah dan
kegagalan panen merata di daerah Eropa. Mungkin kita tidak mengalami
gelombang-gelombang panas maha dahsyat seperti yang dialami oleh Eropa dan
Amerika Serikat, tetapi melalui pengamatan dan dari apa yang Anda rasakan
sehari-harinya. Anda dapat juga merasakan betapa panasnya suhu di sekitar Anda.
Cobalah perhatikan seberapa sering Anda mendengar ataupun mungkin mengucapkan
sendiri kata-kata seperti: “Panas banget ya hari ini!” Apabila Anda kebetulan
bekerja di dalam ruangan ber-AC dari pagi hingga siang hari sehingga Anda tidak
sempat merasakan panasnya suhu belakangan ini, Anda dapat menanyakannya kepada
teman-teman ataupun orang disekitar Anda yang kebetulan bekerja di luar ruang.
Orang-orang yang sehari-harinya bekerja dengan menggunakan kendaraan terbuka di
siang hari bolong (misalnya sales dengan sepeda motor) mungkin dapat
menceritakan dengan lebih jelas betapa panasnya sinar matahari yang menyengat
punggung mereka.
5) Habisnya Gletser-
Sumber Air Bersih Dunia
Mencairnya
gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih, dan pada jangka
panjang akan turut menyumbang peningkatan level air laut dunia. Dan sayangnya
itulah yang terjadi saat ini. Gletser-gletser dunia saat ini mencair hingga
titik yang mengkhawatirkan! NASA mencatat bahwa sejak tahun 1960 hingga 2005
saja, jumlah gletser-gletser di berbagai belahan dunia yang hilang tidak kurang
dari 8.000 meter kubik! Para ilmuwan NASA kini telah menyadari bahwa cairnya
gletser, cairnya es di kedua kutub bumi, meningkatnya temperatur bumi secara
global, hingga meningkatnya level air laut merupakan buktibukti bahwa planet
bumi sedang terus memanas. Dan dipastikan bahwa umat manusialah yang
bertanggung jawab untuk hal ini.
MENCAIRNYA METHANE
HYDRATES
Satu lagi berita buruk,
pemanasan global juga membawa satu potensi bencana besar bagi planet kita,
yaitu mencairnya methane hydrates: metana beku yang tersimpan dalam bentuk es.
Jumlahnya cukup mencengangkan: 3.000 kali dari metana yang saat ini ada di
atmosfer.
Planet bumi menyimpan
metana beku dalam jumlah yang sangat besar; disebut dengan methane hydrates
atau methane clathrates. Methane hydrates banyak ditemukan di kutub utara dan
kutub selatan, dimana suhu permukaan air kurang dari 00 Celcius, atau dasar
laut pada kedalaman lebih dari 300 meter, dimana temperatur air ada di kisaran
20 Celcius. Methane hydrates juga ditemukan di danau-danau yang dalam, seperti
danau Baikal di Siberia. Metana adalah gas dengan emisi rumah kaca 23 kali
lebih ganas dari karbondioksida (CO2), yang berarti gas ini kontributor yang
sangat buruk bagi pemanasan global yang sedang berlangsung. Berita buruknya
adalah pemanasan global membuat suhu es di kutub utara dan kutub selatan
menjadi semakin panas, sehingga metana beku yang tersimpan dalam lapisan es di
kedua kutub tersebut juga ikut terlepaskan ke atmosfer. Para ilmuwan
memperkirakan bahwa Antartika menyimpan kurang lebih 400 miliar ton metana
beku, dan gas ini dilepaskan sedikit demi sedikit ke atmosfer seiring dengan
semakin banyaknya bagian-bagian es di antartika yang runtuh. Anda bisa
membayangkan betapa mengerikannya keadaan ini: Bila Antartika kehilangan
seluruh lapisan esnya, maka 400 miliar ton metana tersebut akan terlepas ke
atmosfer! Ini belum termasuk metana beku yang tersimpan di dasar laut yang juga
terancam mencair karena makin panasnya suhu lautan akibat pemanasan global.
Sekali terpicu, siklus ini akan menghasilkan pemanasan global yang sangat parah
sehingga mungkin dapat disetarakan dengan kiamat! Apakah ini fantasi yang
dibuatbuat oleh aktifis lingkungan dan ilmuwan-ilmuwan paranoid? Sayangnya tidak.
Bukti-bukti geologi yang kuat menyatakan sedikitnya sudah dua kali planet kita
mengalami kejadian ini. Para ahli geologi menemukan bahwa malapetaka besar ini
pernah terjadi kurang lebih 55 juta tahun lalu yang disebut oleh para ilmuwan
sebagai Paleocene-Eocene Thermal Maximum (PETM). Saat itu semburan metana naik
ke permukaan sehingga mengakibatkan pemanasan planet dengan sangat cepat dan
menyebabkan kematian massal, kemudian mengganggu keadaan iklim bumi hingga
100.000 tahun kemudian.
Selain PETM, malapetaka
besar ini juga pernah terjadi 250 juta tahun lalu, pada akhir dari periode
Permian, dimana semburan metana menyapu bersih hampir seluruh kehidupan di
planet bumi. Lebih dari 94% spesies laut yang sekarang kita jumpai sebagai
fosil mengalami kepunahan mendadak karena turunnya level oksigen. Lebih dari
500.000 tahun kemudian, beberapa spesies yang tersisa berjuang untuk bertahan
di lingkungan yang tidak bersahabat tersebut.
Lalu bagaimana dengan
keadaan kita sekarang? Dengan deposit metana beku yang luar biasa banyak,
dengan makin besarnya wilayah es abadi di kutub yang mencair, dengan makin
panasnya suhu lautan, dan dengan ditemukannya beberapa titik dimana metana beku
mulai menyembur ke permukaan bumi. Maka kita sangat patut untuk khawatir! Sudah
saatnya bagi kita untuk turut andil dalam usaha menghentikan pemanasan global
yang terus terjadi. Sudah dibuktikan bahwa kita manusialah penyebab/kontributor
utama pemanasan global yang dialami planet kita. Marilah kita segera bertindak!
Jangan sampai kita mengulangi sejarah geologi yang kelam yang pernah dialami
planet ini!
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar yea :